Jumat, 18 Desember 2015

Kehidupan jauh dari orang tua adalah hal yang tidak diinginkan oleh setiap anak, begitupun dengan aku, orang tuaku pun begitu. Pada dasarnya setiap keluarga pasti tidak ingin saling berjauhan, karena ingin slalu bersama. Tetapi, demi masa depanku orang tuaku dan sanak saudara mengusulkan aku untuk dididik di sebuah Pesantren yang masyhur di daerahku, sebut saja Pesantren Bahrul Ulum Islamic Centre biasanya terkenal dengan sebutan IC. Pesantren ini terkenal bagus dalam bidang bahasa asing, karena disana dalam percakapan sehari-harinya menggunakan bahasa asing( inggris dan arab). Dan aku juga sedikit tertarik karena dalam segi bahasanya sudah dikenal baik diseluruh penjuru Bangka. Tetapi aku sangat berat untuk mengambil keputusan itu, disamping aku tidak mau berpisah dengan keluargaku, aku juga berat jika harus menggunakan pakaian yang identik dengan hijab, karena dari kecil aku sudah terbiasa menggunakan pakaian yang tidak terlalu feminim. Awalnya aku menolak permintaan orang tuaku, tetapi aku berfikir kedepannya jika aku tidak berkelana keluar, aku akan menjadi apa? Semenjak itu lah, semenjak mendapatkan hikmah berupa keinginan berniat ingin masuk pesantren hidupku mulai teratur. Dengan adanya kedisiplinan peraturan, kebersamaan dengan teman-teman, hidup sesederhana mungkin, dan masih banyak yang aku dapat dari IC. di IC aku banyak mendapat pengalaman baru, kebersamaan yang aku lalui bersama temanku selama 6 tahun sangat menjadi motivasi hidupku kedepannya bahwa sesulit apapun masalah dalam kehidupan masih ada orang-orang disekitarku untuk selalu mendorong aku untuk menghadapi maslah tersebut,
Pada tahun kelima aku menjalani kehidupan di IC, Semua santriwati yang duduk di kelas XI SMA Plus Bahrul Ulum diwajibkan untuk menjadi pengurus santriwati yang lainnya(kelas I-X), kepengurusan ini disebut OSIC( Organisasi Santriwati Islamic Centre), mengurus mereka selama 24 jam, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Masing-masing pribadi kami dibagi kedalam berbagai divisi-divisi, ada yang menjabat sebagai Ketua, Bendahara, Sekertaris, Keamanan, Bahasa, Kebersihan, Kesehatan, Bapenta, Kepramukaan, Takmir Masjid, Informasi dan Komunikasi, Koperasi dan kantin, dan Kesenian. Aku diamanahkan dan dipercayai menjadi pengurus bahasa.
Awalnya aku bingung, kenapa aku ditunujuk sebagai bagian bahasa, tetapi mungkin pada kesempatan itu lah aku harus memperbaiki tataan bahasaku.
Selama kami menjabat sebagai OSIC 2013/2014 banyak cobaan yang berlalu lalang, terkadang program kerja yang kami rancang tidak didukung oleh pihak pembina OSIC, dikarenakan berbagai alasan tersendiri. Dan selama kami menjabat pula, konflik-konflik yang datang tak henti-hentinya, permasalahan dengan para asatidz,para anggota, bahkan para wali santriwati. Disaat kami down karena berbagai masalah yang datang, kami bingung  harus berbagi cerita dan meminta masukan kepada siapa, sedangkan para asatidz tidak mendukung sebagian proker kami, dan pembina OSIC pun jarang untuk turun tangan untuk membantu kami, disaat-saat itu kami hanya bisa bercerita sesama anggota OSIC dan senior OSIC yang telah berpengalaman menjadi OSIC. Berbagi cerita, menceritakan konflik-konflik setiap divisi, mencari solusinya, memberi masukan kepada sesama anggota OSIC merupakan pelajaran bagi kami untuk menjadi lebih dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar